Kreativitas rasanya memang seperti mahluk misterius yang tidak pernah bisa kita temukan pola pastinya. Maka dari itu saya suka sekali mendengarkan bagaimana seorang seniman mendeskripsikan kreativitas. Salah satu yang saya pelajari baru-baru ini adalah dari Dee Lestari, penulis kenamaan Indonesia.
"Kreativitas itu kan cair, bagaimana kita bisa menampung mahluk yang cair? Hanya satu, kita beri dia wadah." - Dee Lestari
Ucapan Dee mengingatkan saya pada suatu analogi lain yang disampaikan oleh Elizabeth Gilbert (penulis Eat, Pray, Love) di bukunya yang berjudul Big Magic. Liz menggambarkan bahwa ide kreatif itu ibarat sebuah mahluk yang hidup di dimensi lain di dunia ini. Ketika mereka menghampiri kita, itu artinya mereka mengajak kita untuk bekerja sama untuk melahirkannya menjadi sebuah karya dan menjadikan mereka jadi mahluk nyata di dunia ini. Karena itu, kita sebagai manusia memiliki keleluasaan untuk menerima tawaran kerja sama tersebut atau tidak. Toh jika tidak, si ide tersebut bisa meminta orang lain untuk bekerja sama dengannya.
Bagi saya itu menarik, bagaimana Dee dan Liz sama-sama mengumpamakan kreatifitas sebagai mahluk. Ada apa dengan penulis-penulis ini? Bagaimana bisa mereka bisa menjelaskan pemikiran mereka dengan sangat indah dan mudah dicerna? Rasanya jam terbang memang tidak berbohong.
Seperti yang Dee bilang, kreativitas memang rasanya perlu terus-menerus diberi wadah. Salah satunya dengan membiasakannya. Tak terasa, sudah hampir 2 minggu ini saya berusaha membiasakan menulis di komunitas Better Together. Memang tidak mudah, apalagi ketika perhatian kita harus dibagi-bagi ke hal lain. Namun seperti yang Liz bilang juga di Big Magic, menjalani creative living itu rasanya seperti berselingkuh. Kita harus meluangkan waktu dan mengorbankan perhatian bagaimanapun resikonya. Itu karena kita semua jatuh cinta pada kreativitas.
When you're in love, you need to make time for it. No matter what it cost you.