Seni tinggal sendiri


Seorang teman baru-baru ini bercerita tentang bagaimana ia kesepian sejak pindah sendiri ke sebuah kontrakan. Sebelumnya ketika ia masih kos, setidaknya ada penghuni kos lain yang bisa ia ajak ngobrol.

Mendengar ceritanya, saya jadi teringat pengalaman saya ketika mulai tinggal sendiri di tahun lalu. Berbeda dengan cerita teman tersebut, anehnya saya malah merasa senang ketika awal-awal tinggal sendiri. Meskipun along the way, tentu saja ada rasa sepi juga sebenarnya.

Saya berpikir, ternyata setiap orang punya fase penerimaan yang berbeda-beda.

Namun saya rasa, ada satu hal dari tinggal sendiri yang menurut saya perlu dirasakan oleh setidaknya lebih banyak orang. Tinggal sendiri menurut saya membuat kita benar-benar harus berdamai dengan diri sendiri. Dan itu akan menakutkan di awal. Kita pasti akan mencari berbagai distraksi untuk mengalihkan perhatian kita dari keheningan.

Tapi lama kelamaan, ketika kita akhirnya bisa menerima ketakutan itu, saya rasa kita malah bisa merasakan penerimaan diri yang lebih matang. Tapi untuk menuju kesitu, kita memang harus berani untuk mengidentifikasi apa yang kita hindari selama ini. Avoidance is almost always about fear. Dengan mengenali apa yang sebenarnya kita hindari, maka kita akan menemukan apa yang sebenarnya kita takutkan.